Sebuah Pertanyaan : Sastra
Rasanya ada satu percakapan yang masihku ingat. Tentang
kenapa aku memiliki jurusan sastra? Hari selasa tanggal 29 Mei, kami memutuskan
untuk menghabiskan waktu menjelang buka puasa dengan olahraga. Di susul dengan
buka bersama. Setelah memesan makanan di kedai fast food kami memutuskan
naik ke lantai dua untuk makan sekaligus berbincang. Awalnya kami memutuskan
untuk makan, perlahan makanan itu habis masuk ke dalam perut kami. Lalu kami mulai bercerita
tentang impian kami setelah lulus. Ini percakapan lazim mahasiswa tingkat
akhir.
Tiba-tiba dia melontarkan pertanyaan membuatku terdiam. Kenapa
aku harus memilih jurusan sastra? Aku tersinggung? Mungkin iya, namun ini
pertanyaan bisa orang lontarkan saat aku menyebut jurusanku. Lambat laun
pertanyaan ini menjadi sangat biasa.
Aku bilang menerima pilihan saat itu UNJ menerimaku.
Alasannya? Aku pikir akan muda bagiku belajar di sini. Aku menjelaskan
jurusanku bisa membuatku berkerja di iklan sebagai copywriter itulah bayanganku
tentang masa depan. Dia tetap menanyakan kenapa, mungkin tidak puas dengan
jawabanku. Aku berpikir terdiam sesaat. Dia bilang aku pembaca novel bukan
penulis. Entah kenapa aku tidak membantahnya.
Kini aku mengingat alasan kenapa aku ingin masuk sastra. Dia
salah, aku suka menulis cerita. Setidaknya tahun terakhir aku di SMA. Aku
memulai debutku sebagai penulis fanfiction. Ya, fanfiction sebuah gendre bacaan
di mana tokoh berasal dari artis atau idol Korea. Aku lupa apa dia pernah aku
ceritakan tentang ini. Mungkin sudah atau aku lupa memperlihatkannya.
Sejak aku masuk sastra mungkin
menulis cerita menjadi semakin jauh. Alasannya? Kesibukan mahasiswi baru
sekaligus adaptasi. Waktu bergulir tahunya aku sudah semester dua. Aku punya
kesibukan baru masuk organisasi. Hal ini jauh lebih membuatku menjauhi tulisan
fanfiction yang belum terselesaikan. Beberapa kali aku menulis cerita baru
fanfiction. Menulis uga beberapa cerita lin diluar fanfiction meski masih draf
kasar sampai sekarang belum aku sempat edit .
Yang aku tau permasalahannya
terletak pada kemalasan. Menjalani rutinitas berulang-ulang tentu membuatku
jenuh. Hiburanku adalah bermain media sosial, mendengarkan musik dan membaca
cerita wattpad. Aku pernah beberapa kali memaksakan diri untuk menulis hasilnya
tidak ada. Aku mudah teralihkan. Entah memilih mendengarkan musik atau bermain
laptop. Nyatanya perlahan aku menyerah dan membiarkan tulisanku terbengkalai.
Beberapa kali aku mendapatkan ide,
meski cerita berbeda. Aku menyadari betapa mudahnya imainasi mengalir di
kepalaku. Tapi saat aku ingin menuliskannya seakan ide itu mencair. Semua
dialog terasa salah. mengakibatkan gairah menulis turun seketika.
Inspirasi itu banyak namun
menulisnya dalam paragraf kata itu sulit. Aku ingin memulainya lagi. Menulis
yang lain, apa pun tanpa membatasinya.
Komentar
Posting Komentar
Kata yang ditulis akan abadi dan memiliki bukti. Jadi ada baiknya sebelum menorehkan tulisan kita harus berkomentar dengan kaidah bahasa yang baik dan beretika.